Movie Review: Khalifah

Possible Trilogy?


Khalifah memutuskan memakai cadar setelah ia diminta suaminya, Rasyid, yang menilainya tak cukup jika berjilbab saja. Sebagai istri, Khalifah berusaha mengikuti dengan patuh ajaran agamanya, Islam. Sampai ia mendengar sesamanya, perempuan bercadar, melontarkan kalimat "Bercadar itu harus datang dari hati yang paling dalam", Khalifah bimbang untuk terus atau tidak mengenakan secarik kain yang menutupi sebagian wajahnya.

Nurman Hakim telah membongkar komunitas teroris berkedok Islam sejak film layar lebar pertamanya, 3 Doa 3 Cinta (3D3C, 2008). Jika dalam karya sebelumnya ia 'menguliti' pelaku teror, kali ini ia menguak apa yang tidak banyak diketahui orang. (Yang diduga) istri teroris. Nyatanya para perempuan itu juga harus menanggung beban psikis dan sanksi sosial dari masyarakat. Meski dalam persidangan, tak semua dari mereka ikut tervonis bersalah.

Perempuan-perempuan malang ini -salah satunya Khalifah- yang tak tahu apa-apa, dipotret Nurman dengan sangat manusiawi lewat skenario yang dikerjakannya bersama Nan T. Achnas. Tak butuh waktu lama bagi penonton untuk ikut merasakan kepedihan Khalifah. Bagi saya, film ini lebih dari cukup. Dalam sekuel tak resmi dari 3D3C ini, Nurman sekali lagi membuktikan kelasnya.

Marsha Timothy (Khalifah) bekerja keras mengembalikan citranya sebagai aktris setelah nyaris 'jatuh' di Pintu Terlarang (2009). Intonasi dan, terutama mimiknya sudah sangat subtle. Ia, kali ini, nyaris tak bercela. Inilah performa terbaik Marsha sejauh ini. Titi Sjuman (Fatimah) dan Jajang C. Noer (Rita) memberi enerji ekstra. Sebaliknya, Indra Herlambang (Rasyid) dan Ben Joshua (Yoga) membuat dehidrasi. Maaf, sedari awal saya sudah mengkhawatirkan dua pemeran ini dan terbukti benar.

Agni Ariatama menempatkan kamera sangat dekat dengan objek. Mengganggu? Tidak sama sekali. Justru sinematografi-nya memperkuat nilai jual Khalifah. Djaduk Ferianto masih setia dengan musik neotraditional-nya dan tahu apa? Ia tetap 'bergigi'. Dan hei, ada Rico Marpaung ikut berakting! Tentu saja itu side job-nya selain menata artistik yang boleh saya bilang tetap on the right track.

Kalau boleh memberi saran untuk Nurman dan para produser lainnya, sediakan dana dan tenaga untuk melengkapi trilogi kisah teroris ini. Apa lagi yang diangkat jika bukan anak teroris? Mereka bab terakhir dalam Kitab Teroris yang wajib 'dipelajari'.


4/5


(MG/130111)

0 comments: